Kamis, 20 Agustus 2015

Warga Kuatir Air Laut Genangi Pemukiman

Warga Kuatir Air Laut Genangi Pemukiman 

 

MERAUKE – Warga Kampung Wendu Distrik Semangga mengkuatirkan air laut menggenangi perumahan dan pemukiman penduduk. Kekuatiran itu akibat marak penggalian pasir oleh oknum-oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab di sepanjang garis pantai. Sehingga abrasi pantai semakin mengkhawatirkan.
“Kami prihatin dengan kondisi pantai yang terus dirusak, karena penggalian pasir yang terus dilakukan oleh masyarakat kampung. Kami sangat prihatin beberapa tahun ke depan air laut akan masuk sampai ke pinggir kampung. Itu akan terjadi kalau masyarakat terus menggali pasir di pinggir pantai,” kata salah satu warga, Yohanes Takapanen Gebze, Rabu (19/8).
Akibat abrasi, jelas dia, kebun masyarakat yang berpotensi menjadi rusak karena terkontaminasi air laut, terutama yang ditanami warga di wilayah pinggir pantai.
“Berbagai taman yang ditanam masyarakat di kebun seperti, ubi kayu, petatas, keladi, pisang dan sayur bisa mati karena air laut. Pohon-pohon kelapa di pinggir pantai juga roboh karena ombak dan angin, karena pasir yang menjadi tumpuhan sudah tidak ada lagi,” tutur Yohanes. 

Belajar dari kehidupan masa lalu, kata dia, kehidupan masyarakat Marind yang di kampung-kampung yang berada di sepanjang pinggiran pantai dari Digoel sampai Kondo hidup berpegang pada hukum alam. Artinya segala sesuatu yang dilakukan masyarakat terutama merusak alam akan berdampak pada kehidupan masyarakat itu, seperti terjadinya bencana alam.
“Hukum alam sudah dipegang oleh nenek moyang orang Marind. Jadi kalau kita merusak alam, seperti gali pasir di pinggir pantai, maka pasti ada akibatnya. Tanaman di pinggir pantai akan roboh. Kita bisa lihat saat ini disepanjang pantai Nasem, Wendu, Buti sudah rusak akibat ulah orang-orang yang merusak alam, akibatnya air sudah masuk sampai ke darat. Pada hal waktu dulu tidak seperti itu,” sesal Yohanes.
Dia mengakui, selama ini masyarakat setempat secara terpaksa menjual pasir hasil galian itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga walaupun sudah diperingatkan oleh pemerintah, tetapi sebagian orang tetap menggali pasir di pesisir pantai.
“Kami minta pemerintah cari jalan terbaik untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi itu. Supaya mereka tidak lagi jual pasir yang ada di pantai. Dan kemudian tidak terjadi abrasi pantai yang berdampak besar bagi masyarakat setempat,” pinta Yohanes. (moe/aj/lo1)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar